Oleh: ilowirawan | Juli 3, 2017

Liburan ke Jakarta

Tidak seperti lebaran pada tahun-tahun sebelumnya kami sekeluarga (Susilo, Irna, Selda dan Daffa) tahun ini merencanakan liburan bersama di Jakarta. Liburan yang diagendakan cukup mendadak ini dimulai lebaran hari ke 2 (Senin 26 Juli 2017) hingga lebaran hari ke 7 (Sabtu, 1 Juli 2017).  Acara  ritual berupa  sungkeman bagi keluarga Susilo Wirawan dilakukan tetap sebagaimana biasa dilanjutkan dengan acara keliling silaturrahmi ke sanak kerabat  pada hari pertama lebaran bersama dengan kakak dan keponakan yang ada di Mataram.

Seusai berlebaran bersama keluarga kami memulai perjalanan dengan menggunakan pesawat Lion Air direct ke Cengkareng Jakarta melalui Bandara International Lombok (BIL) Praya Lombok Tengah. Pukul 08.00 WITA pesawat milik maskapai terbesar di Indonesia tersebut landing di Bandara Soetta. Perjalanan dilanjutkan menuju Bogor untuk menginap di hotel yang ada di kota berjuluk Kota Hujan tersebut. Hotel yang menjadi pilihan kami adalah “Bogor Homestay” yang jaraknya cukup jauh dari terminal Baranangsiang Bogor.

Sesampainya di hotel (check-in) kami menuju obyek wisata pertama yang ada di Bogor yaitu Taman Buah dan Bunga Mekarsari. Di Taman yang didirikan oleh Putri Presiden kedua Indonesia (Soeharto) ini kami menikmati berhektar-hektar kebun buah-buahan dengan menggunakan kereta yang telah disiapkan oleh pengelola bagi pengunjung. Dengan kereta yang disiapkan tanpa dipungut biaya ini kami dibawa menuju tempat wahana air dan arena outbond bagi wisatawan yang berkunjung.

Hari kedua (Selasa 27 Juni 2017) kami check-out dari hotel yang ada di Bogor dan menuju lokasi wisata yang kedua. Lokasi yang dipilih berikutnya adalah Masjid Dian Al Mahri atau lebih dikenal dengan Masjid Kubah Emas yang kami jadikan sebagai bentuk wisata religi. Di masjid yang berada di Depok ini kami menyempatkan diri untuk shalat sunnah dan Shalat Dzhuhur berjamaah bersama para pengunjung (jamaah) lain. Di masjid yang dibangun oleh seorang pengusaha wanita ini konon kubahnya berlapis emas sehingga begitu elok dipandang dari kejauhan. Sungguh karya yang luar biasa dari anak bangsa yang sangat membanggakan khususnya bagi Umat Islam yang ada di Indonesia.

Seusai berkunjung di Masjid Kubah Emas selanjutnya kami meluncur ke Jakarta Pusat untuk mengunjungi obyek wisata berikutnya. Hotel yang dipilih adalah Hotel Farrel yang terletak di Jalan Gunung Sahari 2 Jakarta Pusat. 2 kamar kami memesan tempat karena kami berempat. Kunjungan hari ke 3 adalah wilayah seputar Tugu Monas. Di tugu yang dibangun di era presiden pertama Indonesia ini kami mengantri sangat panjang. Maklumlah…mengingat pada musim liburan ini pengunjung begitu membludak di tugu kebanggaan Indonesia ini.

Setelah kurang lebih 2 jam mengantri akhirnya kami mendapat giliran menaiki lift yang membawa kami ke puncak Monas. Di tugu yang saat ini menjadi icon Jakarta ini kami berswa-foto (selfie) sambil mengamati Jakarta dari puncak ketinggian. Tampak wajah Jakarta membentang yang dapat dipandang dari berbagai sudut. Di bagian bawah Monas ditampilkan pula berbagai diorama perjuangan bangsa Indonesia dari masa awal sejarah hinggga saat ini. Ornamen yang dibuat begitu rumit di bagian bawah dan bagian cawan tugu tersebut membawa kita untuk terus membangun kebersamaan dan bertekat terus menjaga kebhinekaan dari bangsa kita.

Perjalanan sore hari dilanjutkan ke seberang Tugu Monas, tepatnya adalah Masjid Istiqlal Jakarta. Masjid yang menjadi pemersatu Umat Islam di Indonesia ini berebelahan pula denga Gereja Kathedral Jakarta. Ini sekaligus sebagai simbol toleransi antar umat beragama yang sangat terjaga di Indonesia. Walaupun berbeda keyakinan namun untuk menjalankan ibadah dapat saling menghormati dan menghargai tanpa mengganggu satu dengan lainnya. Inilah sebenarnya salah satu contoh yang sangat baik bagi bangsa-bangsa lain khususnya di Timur Tengah yang kurang menghargai perbedaan keyakinan terutama di negara-negara yang dilanda konflik dan peperangan.

Pada hari ke empat di Jakarta, kami berkunjung ke obyek wisata permainan yaitu Dunia Fantasi (Dufan) yang terletak bersebelahan dengan Pantai Ancol Jakarta Utara. Dengan tiket masuk sebesar Rp. 325.000/orang kami menikmati wahana dan permainan yang tersedia di obyek wisata yang dulunya dikenal dengan nama Bina Ria itu. Berbagai wahana permainan tersedia di sini, mulai dari anak-anak sampai dengan wahana yang memacu adrenaline bagi orang dewasa. Di antaranya Biang lala, Kora-Kora, Roller Coaster, Tornado, Histeria dan sebagainya.

Dengan tiket yang seharga itu kita bisa menikmati semua wahana permainan tanpa dipungut lagi biaya apabila telah berada di dalam arena permainan. Tidak berbeda jauh ketika berada di obyek wisata lainnya, untuk mendapatkan giliran menikmati setiap wahana di Dufan sungguh sangat berjubel dengan antrean yang teramat panjang. Di lokasi wisata yang menjadi favorit bagi anak-anak ini cukup banyak waktu yang terbuang gara-gara mengantre pada setiap wahana yang tersedia.

Pada hari kelima kami meneruskan petualangan menuju Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta Timur. Dengan tiket masuk yang sangat murah kita dapat melihat kekayaan budaya bangsa dari seluruh Provinsi di Indonesia. Di sini tersedia juga kereta monorel maupun kereta yang berupa mobil dengan tiket naik hanya Rp. 10.000 sudah dapat mengelilingi seluruh anjungan dengan mendapatkan hak untuk naik 3 kali turun kereta.

Selain anjungan dari seluruh provinsi terdapat pula istana anak-anak, istana hantu, berbagai permainan, dunia air tawar, benteng, dan kepulauan di Indonesia dengan ukuran miniatur. Pengunjung dapat melihatnya dengan jelas melalui udara dengan hanya membeli tiket naik gondola yang berjalan melintasi area TMII. Terdapat pula Theatre Imax “Keong Emas”, Cinema 4 Dimensi dan masih banyak lagi yang lainnya.

Setelah puas berada di TMII yang dibangun pada era Presiden Soeharto tersebut perjalananpun kami lanjutkan menuju Lobang Buaya untuk melihat dari dekat Kekejaman PKI pada masa lalu. Wisata sejarah perjuangan bangsa ini menunjukkan betapa kejamnya Partai Komunis Indonesia (PKI) yang sejak 1966 tersebut dinyatakan sebagai partai terlarang oleh Tap MPRS. Di sini kita melihat diorama rangkaian peristiwa pengkhianatan PKI dari masa ke masa, mulai dari pemberontakan PKI Muso di Madiun 1948 hingga puncaknya pada 30 September 1965 dengan dibunuhnya beberapa jenderal yang kemudian dianugerahi negara sebagai Pahlawan Revolusi.

Masih terawat dengan baik sumur tempat dibuangnya jasad para Jenderal tersebut serta rumah di mana para pahlawan itu disiksa dengan keji dan kejam. Tak lupa di museum yang terletak tidak jauh dari okasi sumur maut tersebut kita masih dapat melihat beberapa peninggalan dari sang pahlawan di antaranya baju, tanda pangkat, dan alat-alat yang dipergunakan untuk menyiksa para jenderal tersebut. Sebuah lokasi wisata sejarah yang amat menyentuh jiwa dan perasaan. Tentu diharapkan dengan melihat kisah sejarah masa lalu bangsa yang kelam ini kita berharap tidak akan terjadi lagi kejadian serupa di masa yang akan datang.

Hari ke 6 (Sabtu, 1 Juli 2017) atau hari terakhir kami di Jakarta kami sempat berselfie ria di depan istana negara (walaupun hanya di seberang jalan heee…hee….), karena memang daerah tersebut merupakan daerah steril yang tidak semua orang boleh mendekat. Setelah berswa-foto kami mengunjungi kota tua yang berada di Jakarta Utara atau dulunya dikenal sebagai pelabuhan Sunda Kelapa. Di tempat ini ramai dikunjungi wisatawan khususnya wisatawan domestik yang ingin mengenang masa-masa keemasan Jakarta pada masa lalu. Banyak pedagang yang menjual makanan dan pernak-pernik mainan di sini dan disediakan pula orang dengan kostum yang unik dimana diperbolehkan berfoto bersama dengan memberikan uang seikhlasnya.

Seusai berjalan-jalan di Kota Tua kamipun harus meninggakan Kota Jakarta untuk kembali ke Lombok melalui Bandara Soekarno-Hatta kembali. Liburan yang cukup panjang dan melelahkan tapi juga menyenangkan… Alhamdulillah kamipun bersyukur kepada-Mu karena masih dapat menikmati ciptaan-Mu bersama-dengan orang orang tercinta….

 


Tinggalkan komentar

Kategori