DI BALIK ISU ALIRAN SESAT (AL QIYADAH AL-ISLAMIYAH)

Akhir-akhir ini masyarakat kembali digemparkan dengan kemunculan aliran sesat. Bak cendawan di musim hujan, kemunculannya semakin lama semakin banyak. Modus yang diangkat umumnya adalah mengaku ada Nabi/Rasul setelah Muhammad SAW. Sebut saja Ahmadiyah yang mengimani Mirza Ghulam Ahmad sebagai Rasul, kelompok Lia Eden yang mengaku mendapat wahyu dari Malaikat Jibril dan baru-baru ini muncul kelompok yang disebut-sebut Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Kelompok terakhir ini meyakini Rasulullah Muhammad SAW telah berakhir masa tugasnya sampai 1400 H.

Ahmad Mushaddeq (Pimpinan kelompok tersebut yang dulunya non muslim), mengklaim dirinya sebagai “Rasul Al-Masih Al Mau’ud”. Dalam syahadatnya mereka tidak mengakui Muhammad SAW sebagai Nabi/Rasul. Mereka berkeyakinan bahwa Al Qur’an sekarang tinggal tulisan (bacaannya) sedangkan jiwa (ruh)-nya sudah hilang sejak 1.300 tahun yang lalu. Mereka menyatakan beribadah tanpa mengikuti Al Masih Al Mau’ud tidak akan diterima, shalat lima waktu tidak wajib, orang Islam di luar kelompok mereka dianggap kafir/jahiliyah dan lain-lain. Hal-hal tersebut jelas-jelas menyimpang dari aqidah dan hukum Islam yang qath’i (tegas).

Memang siapapun tidak boleh serampangan menuding suatu kelompok sesat. Perlu didudukkan makna sesat (dhalal) itu sendiri. Suatu paham dikatakan sesat jika bertentangan dengan aqidah dan hukum-hukum syari’ah yang qath’i. Suatu paham yang menyimpang dari rukun Iman, rukun Islam dan atau tidak mengimani kandungan Al Quran dapat dikategorikan sesat. Apalagi syahadatnya bukan Syahadat Islam. Dilihat dari sudut ini, Al-Qiyadah Al-Islamiyah dengan keyakinannya seperti di atas dapat digolongkan kelompok sesat karena keluar dari aqidah Islam. Pengakuan suatu kelompok atas seseorang sebagai rasul yang diutus dengan suatu syahadat adalah suatu bentuk kemungkaran yang merusak kesucian Aqidah Islam yang hanya mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir sebagaimana Firman Allah SWT.

“ …… Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu …” (Q.S. Al-Ahzab ayat 40). Imam ath-Thabari menafsirkan ayat tersebut antara lain dengan menyatakan, “Nabi Muhammad adalah Rasulullah dan penutup para Nabi (khatam an-nabiyyin), sekaligus orang yang diberi cap kenabian. Atas dasar itu, kenabian (nubuwah) tidak akan dibukakan kepada seorangpun setelah Beliau hingga hari Kiamat”

Pengakuan tentang Nabi/Rasul setelah Muhammad SAW ini pun menikam hadits-hadits Rasulullah SAW, antara lain dari Shahih Bukhari Muslim yang artinya, “Dulu Bani Israil diurus oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, nabi yang lain menggantikannya. Sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku dan akan ada para khalifah yang berjumlah banyak …..”

Hadits-hadits dengan redaksi dan pengertian senada juga diriwayatkan oleh para imam hadits yang lain. Semuanya menggambarkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir. Sesudah beliau, umat dipimpin bukan oleh nabi atau rasul, melainkan para khalifah yang menerapkan Islam yang dibawa rasulullah.

Umat perlu waspada dan cermat dalam menilai. Di antara ajaran yang dianut kelompok Al-Qiyadah Al-Islamiyah adalah mendirikan Negara Islam (NI) versi mereka, bahkan mendirikan khilafah ala mereka. Pertanyaannya adalah apakah mungkin, kelompok yang tidak mengakui Muhammad SAW sebagai rasul dan nabi terakhir, memandang Al-Quran sudah hanya tinggal tulisan, menyatakan shalat tidak wajib dan bahkan menyimpang dari Rukun Islam dan kepemimpinan khalifah, akan sesuai hukum Syari’ah? Umat jangan terjebak menolak syari’ah yang memang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya hanya karena adanya kelompok tersebut. Tidak menutup kemungkinan adanya skenario untuk menghancurkan Islam, mengadu domba umat Islam dan menjauhkan umat dari para pejuang syariah Islam.

Menarik untuk disimak pernyataan Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Prof. DR Achmad Satori ismail “MUI sudah melakukan survei, ternyata aliran sesat yang akhir-akhir ini cukup marak itu merupakan skenario asing”. Beliau menyebut kesimpulan MUI itu diperoleh dari temuan adanya pemimpin aliran yang tidak dapat membaca Al-Qur’an. “Kami heran, lalu kami tanya pengetahuan pemimpin itu tentang Islam dan siapa yang membayarnya untuk menyebarkan aliran sesat, dia menyebut sebuah negara (asing),” ucapnya.

Naaah.. sekarang bagi kita yang masih merasa diri muslim. Kata Bang Napi “Waspadalah !” Umat Islam sedang terus dihancurkan. Isu “war on terrorism” yang diusung musuh-musuh Islam tidak mampu merobohkan Islam dan perjuangan penerapan Islam. Kini isu aliran sesat digulirkan untuk tujuan yang sama. Wallahu A’lam bishawab …………

(Disarikan Susilo Wirawan, dikutip dari Buletin Al Islam edisi 377XIV)